Mengunjungi Kampoeng Lampion™ di Kota Malang 25 Agustus 2011
SEIRING perubahan zaman dan perkembangan tradisi dan budaya Tionghoa di Indonesia, kini mulai muncul dan berkembang bisnis baru. Satu di antaranya adalah bisnis lampion di Kampoeng Lampion™ Malang. Kampoeng Lampion adalah home industry kerajinan tangan berupa lampion yang terletak di Kota Malang, Jawa Timur. Lokasi tepatnya di Jl. Ir. H. Juanda.
Lampion segala ukuran dan motif menjadi ikon sentra kerajinan dan penjualan di Kota Apel ini. Lampion karya Kampoeng Lampion™ dikerjakan oleh tangan-tangan pemuda yang terampil dan profesional dan sudah berpengalaman. Menariknya, perajin Kampoeng Lampion menyediakan beragam lampion. "Di sini, kami menyediakan segala jenis lampion untuk wedding party, party garden, dekorasi kafe, restoran, hotel, spa, pesta pernikahan, dekorasi panggung hiburan, tempat wisata, hiasan di mal, serta kegiatan religius. Bahkan, kami juga menjual lampion yang digunakan untuk menghias kamar pribadi," ucap Ahmad, salah seorang perajin lampion di Kampoeng Lampion™.
Bisnis lampion karya Kampoeng Lampion™ merupakan satu-satunya di Jawa Timur, yang dikerjakan oleh tangan-tangan terampil para pemuda di Jalan Juanda. Menurut Ahmad, sebutan Kampoeng Lampion™ berawal ketika kampung ini selama tiga tahun (2007, 2008, dan 2009) berturut-turut menjuarai kontes Lampion Nasional yang diadakan di Kota Malang. Kontes ini diikuti peserta dari berbagai daerah.
Julukan tersebut semakin mantap menyusul kesepakatan para perajin di daerah tersebut untuk membuat lampion terbesar di Indonesia, yang kemudian memecahkan rekor dalam catatan Museum Rekor Indonesia (MURI). "Di MURI, lampion kami tercatat sebagai lampion raksasa kategori lampion bulat terbesar di Indonesia dengan ukuran tiga meter yang dipampang di Pakuwon Trade Center (PTC) Kota Surabaya, Jawa Timur, tahun 2009," katanya dengan bangga.
Itu sebabnya, lampion karya perajin Kampoeng Lampion™ banyak dikenal hampir di seluruh nusantara, karena keberadaannya sering diekspos media cetak dan elektronik. Ahmad berharap, kerajinan lampion yang sudah dirintisnya sejak tahun 2004 di Kampung Juanda itu, bisa terus eksis guna menampung kreativitas para pemuda di kawasan tersebut. "Sebetulnya, usaha ini awalnya kecil-kecilan. Namun, seiring perjalanan waktu, usaha ini makin berkembang dan terkenal di berbagai tempat. Kini, Kampoeng Lampion™ mulai membuka cabang di Surabaya," paparnya.
Setiap menjelang Tahun Baru Imlek, pesanan lampion datang dari berbagai daerah seperti Surabaya, Jakarta, Aceh, Palembang, Ambon hingga luar negeri, seperti Kanada. "Bbiasanya kami mengerjakan lampion sebanyak 100 unit dalam sehari. Namun, menjelang Imlek, kami mendapat pesanan lebih dari 5.000 unit sejak awal Januari lalu, sehingga kami kewalahan. Jadi, kami harus dibantu sejumlah pemuda kampung," kata Ahmad Said, juga perajin lampion.
Menurut dia, meski warga setempat tidak merayakan Imlek, tapi mayoritas warga kampung memasang lampion-lampion di atap rumahnya, sehingga suasananya seperti sedang merayakan Imlek. Dia menabahkan, harga lampion hasil kreativitas Kampoeng Lampion merupakan yang paling murah dibanding lampion asli dari China. Tak hanya itu, kebebasan dalam memesan juga membuat order yang datang hampir tak pernah berhenti.
Sat ini, perajin di Kampoeng Lampion™ berupaya mengembangkan pangsa pasar ke seluruh Indonesia dan mancanegara untuk meningkatkan produksi. “Kami akan terus berusaha mengembangkan bisnis lampion ini ke seluruh Indonesia dan luar negeri” harapnya.